Friday, May 16, 2014

Dari Kelas 25 Akber Bali; Tangkap Peristiwa, Angkat Ponselmu bersama @agungparames dan @antonemus

“Sebuah gambar mampu bercerita lebih dari seribu kata.” – NN.

Gambar atau dalam hal ini foto mampu membagi cerita bahkan berita. Pada kelas kedua puluh lima Akademi Berbagi Bali, yang mengambil tema “From Gadget To Journalism” kita mendapat wawasan baru dalam mengawinkan teknologi dan nilai berita. Kelas ini terselenggara berkat kolaborasi antara Akademi Berbagi Bali dan Sloka Institute, pada Minggu, 11 Mei 2014 di Desa Dusun kawasan Noja Ayung, Denpasar. Tampil sebagai guru, yaitu fotografer muda Bali, Agung Parameswara (@agungparames) serta Anton Muhajir (@antonemus), wartawan dan pengelola situs jurnalisme warga, BaleBengong (@balebengong).

Teknologi yang berkembang dengan pesat, memberi banyak kemudahan untuk kita, termasuk mendekatkan yang jauh. Kini, berbagi informasi semudah menyentuh layar smartphone akberians. Melalui jurnalisme warga, setiap warga dapat membagi informasi walaupun bukan berprofesi sebagai wartawan. Seperti tagline @UUProject dari Sloka Institute, no neuus without u (no news without you).

Anton memaparkan mengenai Blog yang kini semakin terpinggirkan oleh media sosial seperti Twitter dan Instagram. Namun, keinginan untuk membagi berita yang tidak surut justru dapat diakali melalui penggunaan foto jurnalistik melalui smartphone

Suasana kelas yang santai di salah satu sudut Desa Dusun
Pada sesinya, Agung menjelaskan keberadaan smartphone yang memudahkan dunia fotografi dan jurnalistik. Mayoritas warga, terutama generasi muda saat memiliki smartphone dilengkapi fasilitas kamera. Sehingga, siapa saja dapat menangkap kemudian mengabadikan momen melalui smartphone

Contoh nyata sinergi antara smartphone dengan media sosial yang dikemukan oleh Agung adalah peristiwa jatuhnya Pesawat Lion Air di pantai dekat Bandar Udara Ngurah Rai pada tahun lalu. Foto pesawat tersebut lebih dulu menyebar di Twitter dibanding berita resmi melalui Televisi.

Setelah penjelasan dari Agung, acara diselingi dengan sesi makan siang di Warung Suwung yang masih berada di dalam kompleks Desa Dusun. Kemudian, peserta diberikan kesempatan untuk terjun ke lapangan menangkap gambar dengan smartphone mereka. Mereka diberikan waktu satu jam, untuk mencari objek menarik di lingkungan Desa Kesiman Petilan. (Hasil bidikan peserta selengkapnya bisa di cek di Twitter dengan tagar #AkberBali25 dan #wajahkota)

Baik Anton maupun Agung sangat mengapresiasi usaha peserta dalam mengambil gambar. Ada yang memilih ke Bank Sampah, Dam, bahkan cukup jauh hingga ke Taman Kota, demi menjiwai tagar #wajahkota. Ada juga peserta yang begitu terinsipirasi, sehingga langsung menuangkan ceritanya dalam blog. Dari seluruh karya peserta, dipilih satu yang berhak mendapatkan hadiah kaos dari @UUProject.
Tradisi foto bersama di akhir kelas

Maka, selain ‘angkat pena’, ada alternatif lain untuk akberians praktikan. Angkat ponselmu dan tangkaplah momen bernilai berita! Dari dan untuk siapa saja, dimana saja, kapan saja.

Dari Kelas 24 Akber Bali; Boost Your Startup with Social Media Bersama @salsabeela

Melalui kelas Akademi Berbagi Bali kedua puluh empat “SocMed Your Startup” yang dilaksanakan 27 April 2014 di Hubud co-working space, Ubud kita bisa belajar banyak seputar penggunaan social media untuk memajukan startup. Guru yang berbagi wawasannya kali ini adalah Aulia Halimatussadiah lebih dikenal sebagai Ollie (@salsabeela). Selain seorang penulis, Ollie juga seorang technopreneur. Salah satu startup yang dibangunnya adalah situs self publishing pertama di Indonesia, NulisBuku.com.


Ollie menjelaskan, ada strategi tersendiri dalam memasarkan usaha di social media. Skill storytelling yang wajib dimiliki seorang pemasar (pengusaha), dipindahkan dalam social media. Semua itu adalah konsekuensi dari candu social media yang telah menyebar pada masyarakat. Ollie juga menekankan, bahwa tiap platform social media memiliki metode yang berbeda dalam penggunaannya, baik itu Facebook, Twitter, Instagram hingga Pinterest. 

Miss Ollie saat memulai kelas Akber Bali ke-24

Selayaknya pada kehidupan nyata, branding adalah hal pertama yang harus dibangun di social media.  Pada bagian branding, Ollie memberikan contoh salah satu merek tas terkenal yang dalam akun Pinterestnya memilih untuk menampilkan gambar-gambar yang colorful dibanding menampilkan gambar produk. Dari kegiatan itu, dapat ditangkap usaha perusahaan untuk membranding produknya sebagai tas-tas dengan warna yang menyala.

Dimanapun berada kita harus selalu bersikap baik. Maka, sebuah akun social media dari startup must to be kind. Semua peran dijalankan menjadi satu, mulai dari resepsionis hingga customer service, melalui sikap baik yang dikirimkan maka akan tersampaikan kesan yang positif terhadap startup. Sikap baik itu, bisa melalui kampanye dan kegiatan sosial yang dilaksanakan di social media. Dalam usaha menjadi baik ini, Ollie memberikan contoh sebuah perusahaan sepatu yang meluncurkan channel kegiatan sosial melalui situs YouTube. 


Suasana kelas di Hubud co-working space, Ubud.

Poin-poin lain yang tidak kalah penting adalah Useful, Informative and Entertaining.  Unsur feelings juga wajib dikedepankan, yaitu kesan apa yang ingin disampaikan oleh masyarakat yang mengikuti akun social media. Unsur tersebut penting karena akan menjadi alarm pengingat bagi pengikut akun startup kita. Misalnya, perasaan untuk produktif menulis yang diciptakan akun NulisBuku bagi pengikutnya. Setelah startup berjalan dan memiliki sejumlah customers, Ollie memaparkan adalah penting bagi pengusaha untuk melibatkan customernya. Misalnya dengan membagi cerita mereka di website.

Visual content juga sangat penting, sebagian besar orang lebih tertarik melihat content social media melalui gambar. Untuk itu, sebuah startup akan lebih baik bila menyiapkan terlebih dahulu content-content visual  untuk akunnya pada segala situasi. Pada akhir pemaparan, Ollie juga menyarankan untuk membentuk komunitas dan selalu mengikutsertakan customers.

Pada sesi workshop, Ollie membagi peserta menjadi lima kelompok dan memberi tantangan untuk membuat satu halaman proposal bisnis melalui social media. Melalui pemaparan masing-masing kelompok muncul beberapa ide menarik, baik dari peserta maupun guru. Sebelum mengakhiri kelasnya, Ollie menekankan jika tidak ada standar yang baku dalam penggunaan social media untuk startup. Pesannya Have fun! Experiment. Measure. Try. Again. So, let’s start IT akberians!
 
Foto bersama di akhir kelas.
Suasana kelas dari berbagai angle.

Tuesday, May 6, 2014

Kelas #AkberBali25 From Gadget To Journalism Bersama @agungparames dari Sloka Institute


Teknologi informasi mengubah hidup manusia. Dengan teknologi informasi, manusia kini semakin mudah berinteraksi, berbagi informasi, bekerja, dan seterusnya. Teknologi informasi, termasuk di dalamnya internet, membuat jarak dan waktu kian termampatkan.

Telepon seluler (ponsel) merupakan salah satu faktor penting dalam perubahan tersebut. Dengan ponsel pintar (smartphone),siapa saja bisa dengan mudah mengakses internet serta menjadi bagian dari warga dunia maya atau netizen. Sebagai netizen, sebenarnya setiap orang memiliki peluang yang sama untuk bisa terhubung dan terlibat dalam dunia maya. Ponsel pintar ini, misalnya BlackBerry, Android, iPhone, dan lain-lain.

Namun, secara umum, perkembangan teknologi informasi juga menyediakan sejumlah tantangan. Salah satunya adalah masih kurangnya kapasitas warga dalam menggunakan ponsel pintar. Dalam bahasa sederhana, warga atau konsumen di Indonesia masih lebih mudah membeli ponsel pintar namun belum tentu bisa memakai dengan baik.

Padahal, dari sudut pandang kebebasan informasi, teknologi informasi dan kemudahan menggunakan ponsel pintar bisa memberikan peluang besar bagi warga untuk terlibat dalam memproduksi informasi. Dengan ponsel pintar di genggaman tangan, warga kini bisa merekam dan menyebarkan berbagi bentuk informasi seperti teks, foto, maupun video melalui dunia maya. Warga adalah kunci utama dalam jurnalisme warga.

Untuk itulah, Sloka Institute, lembaga pengembangan media, jurnalisme, dan informasiyang selama ini mengelola dan mengampanyekan jurnalisme warga di Bali melaksanakan program UU Project. Program ini mengampanyekan dan memberikan pelatihan bagi warga dalam menggunakan ponsel untuk memproduksi informasi.

Tentang Guru
Agung Parameswara adalah fotografer yang bermukim di Bali, Indonesia. Agung lahir pada tahun 1990 di Pulau Bali, Indonesia. Ia telah lulus dari Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana. Ia bekerja sebagai fotografer lepas untuk berita dan fotografer travel.

Ia juga bekerja untuk Getty Images News sebagai fotografer pekerja lepas di Bali. Beberapa dari karyanya telah dimuat oleh The Jakarta Post, Majalah Garuda, Majalah Jalan-Jalan, The Age, The Daily Telegraph, Majalah Tempo dan Tempo English, Reuters, Daily Mail UK, The Guardian, TIME Lightbox, The New York Times, AP, The Wall Street Journal, National Geographic Traveler Indonesia, dll.

Pelatihan Fotografi:
  • Pelatihan Fotogragi Bali Jani, 2010.
  • Pelatihan Fotografi Jurnalisme dan Dokumenter Blips oleh Rio Helmi dan Olivier Nielson, 2010.
  • Beasiswa Pelatihan Fotografi Jurnalisme dan Dokumenter dilatih oleh Rahman Roeslan di Bali, 2010.

Tentang Tempat
Sloka Institute lahir untuk mendukung dan memperjuangkan hak publik atas informasi di Bali. Cita-cita ini dilakukan melalui upaya menumbuhkan kesadaran warga tentang hak atas informasi serta mendorong keterlibatan publik untuk mengelolanya.

Upaya mewujudkan cita-cita tersebut dilakukan melalui program Advokasi, Pendidikan, Penerbitan, dan Teknologi Informasi. Advokasi dilakukan untuk mendorong terwujudnya keterbukaan informasi publik, termasuk Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) di Bali. Pendidikan dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas publik dalam memproduksi dan mengelola informasi. Penerbitan antara lain melalui penerbitan media alternatif terutama untuk kelompok masyarakat yang selama ini kurang mendapat tempat di media arus utama dan pengelolaan jurnalisme warga. Adapun program Teknologi Informasi dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas warga di bidang teknologi informasi.

Sloka Institute didirikan oleh wartawan, blogger, peneliti, praktisi media relation, dan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Bali pada 27 Maret 2007 dan berakta yayasan di notaris Wayan Nuaja, SH.