Tuesday, May 6, 2014

Kelas #AkberBali25 From Gadget To Journalism Bersama @agungparames dari Sloka Institute


Teknologi informasi mengubah hidup manusia. Dengan teknologi informasi, manusia kini semakin mudah berinteraksi, berbagi informasi, bekerja, dan seterusnya. Teknologi informasi, termasuk di dalamnya internet, membuat jarak dan waktu kian termampatkan.

Telepon seluler (ponsel) merupakan salah satu faktor penting dalam perubahan tersebut. Dengan ponsel pintar (smartphone),siapa saja bisa dengan mudah mengakses internet serta menjadi bagian dari warga dunia maya atau netizen. Sebagai netizen, sebenarnya setiap orang memiliki peluang yang sama untuk bisa terhubung dan terlibat dalam dunia maya. Ponsel pintar ini, misalnya BlackBerry, Android, iPhone, dan lain-lain.

Namun, secara umum, perkembangan teknologi informasi juga menyediakan sejumlah tantangan. Salah satunya adalah masih kurangnya kapasitas warga dalam menggunakan ponsel pintar. Dalam bahasa sederhana, warga atau konsumen di Indonesia masih lebih mudah membeli ponsel pintar namun belum tentu bisa memakai dengan baik.

Padahal, dari sudut pandang kebebasan informasi, teknologi informasi dan kemudahan menggunakan ponsel pintar bisa memberikan peluang besar bagi warga untuk terlibat dalam memproduksi informasi. Dengan ponsel pintar di genggaman tangan, warga kini bisa merekam dan menyebarkan berbagi bentuk informasi seperti teks, foto, maupun video melalui dunia maya. Warga adalah kunci utama dalam jurnalisme warga.

Untuk itulah, Sloka Institute, lembaga pengembangan media, jurnalisme, dan informasiyang selama ini mengelola dan mengampanyekan jurnalisme warga di Bali melaksanakan program UU Project. Program ini mengampanyekan dan memberikan pelatihan bagi warga dalam menggunakan ponsel untuk memproduksi informasi.

Tentang Guru
Agung Parameswara adalah fotografer yang bermukim di Bali, Indonesia. Agung lahir pada tahun 1990 di Pulau Bali, Indonesia. Ia telah lulus dari Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana. Ia bekerja sebagai fotografer lepas untuk berita dan fotografer travel.

Ia juga bekerja untuk Getty Images News sebagai fotografer pekerja lepas di Bali. Beberapa dari karyanya telah dimuat oleh The Jakarta Post, Majalah Garuda, Majalah Jalan-Jalan, The Age, The Daily Telegraph, Majalah Tempo dan Tempo English, Reuters, Daily Mail UK, The Guardian, TIME Lightbox, The New York Times, AP, The Wall Street Journal, National Geographic Traveler Indonesia, dll.

Pelatihan Fotografi:
  • Pelatihan Fotogragi Bali Jani, 2010.
  • Pelatihan Fotografi Jurnalisme dan Dokumenter Blips oleh Rio Helmi dan Olivier Nielson, 2010.
  • Beasiswa Pelatihan Fotografi Jurnalisme dan Dokumenter dilatih oleh Rahman Roeslan di Bali, 2010.

Tentang Tempat
Sloka Institute lahir untuk mendukung dan memperjuangkan hak publik atas informasi di Bali. Cita-cita ini dilakukan melalui upaya menumbuhkan kesadaran warga tentang hak atas informasi serta mendorong keterlibatan publik untuk mengelolanya.

Upaya mewujudkan cita-cita tersebut dilakukan melalui program Advokasi, Pendidikan, Penerbitan, dan Teknologi Informasi. Advokasi dilakukan untuk mendorong terwujudnya keterbukaan informasi publik, termasuk Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) di Bali. Pendidikan dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas publik dalam memproduksi dan mengelola informasi. Penerbitan antara lain melalui penerbitan media alternatif terutama untuk kelompok masyarakat yang selama ini kurang mendapat tempat di media arus utama dan pengelolaan jurnalisme warga. Adapun program Teknologi Informasi dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas warga di bidang teknologi informasi.

Sloka Institute didirikan oleh wartawan, blogger, peneliti, praktisi media relation, dan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Bali pada 27 Maret 2007 dan berakta yayasan di notaris Wayan Nuaja, SH.

No comments:

Post a Comment