Monday, April 18, 2016

#AkberBali39 Self Hug with Adjie Silarus @AdjieSilarus

#AkberBali39
Self Hug with Adjie Silarus @AdjieSilarus

Wednesday, 04/13/2016, 6PM at Kumpul Coworking Space, Sanur.
Daftar: bit.ly/akberbali
TERBATAS HANYA UNTUK 20 ORANG PERTAMA.
Tentang Self Hug
Self Hug - How to ease the pain of suffering
Selalu saja ada yang menyebabkan berbagai masalah muncul dalam hidup, sehingga kita merasa tidak bahagia, stres, sering menunda, terganggu, mudah marah, berkeluh kesah, bergaya hidup tida
k sehat, dan lain sebagainya.
Permasalahan yang tidak mudah bukan?
Tidak perlu kecil hati dulu. Untuk meringankan penderitaan akibat itu semua, juga menyembuhkannya, dan memperbaiki kualitas hidup, kita butuh berdamai dengan diri sendiri, bersikap welas asih kepada diri kita sendiri.
Tidak hanya sebatas kata-kata indah, tapi juga kita bersama akan berlatih perlahan, untuk mendapatkan manfaat-manfaat baik dari kelas Self Hug - How to ease the pain of suffering.
Tentang Adjie Silarus @AdjieSilarus
Adjie Silarus adalah lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada dengan predikat cumlaude. Sejak 2012, tinggal di Jakarta. Mulai menulis blog di website ini sejak Maret 2012. Senang menulis dan membaca serta belajar hidup sesederhana hidup itu sendiri apa adanya.
Adjie Silarus adalah adalah praktisi mindfulness. Sejak 2010 sampai sekarang, sering diundang dan diminta berbagi mengenai “mindfulness” melalui pelatihan, seminar, konsultasi kepada orang-orang yang merasa membutuhkan solusi untuk meningkatkan fokus dan produktivitas kerja, menciptakan hidup bahagia dan tenang, cara mengelola stres, cerdas emosi serta hubungan damai dengan sesama.
Telah berbagi mengenai “mindfulness” kepada banyak perusahaan ternama, termasuk BCA, Wijaya Karya, Jiwasraya, Kompas, Chevrolet, Adaro Indonesia, Sucofindo dan masih banyak lagi. Termasuk Prasetiya Mulya Business School, Universitas Gajah Mada dan Institut Teknologi Bandung.
(read more:Profile: http://adjiesilarus.com/about-me/
Press: http://adjiesilarus.com/press/
Apa yang saya lakukan sekarang: http://adjiesilarus.com/apa-yang-saya-lakukan-sekarang/ )

Tentang Tempat
Kumpul Coworking Space
Kumpul adalah hub kreatif terkemuka di Indonesia dan di Bali khususnya. Merupakan ruang kerja yang profesional dan platform untuk membangun dan menumbuhkan masyarakat juga bisnis. Didirikan pada pertengahan 2014 oleh Faye Alund dan Dennis Alund, Kumpul dibuka untuk umum pada tanggal 1 Maret 2015.
Di Kumpul Anda dapat menemukan semua fasilitas kantor modern serta komunitas freelancer dan konsultan. Anggota Kumpul memiliki akses ke ruang 24/7, sepanjang tahun. Selain itu, kami secara rutin menyelenggarakan sesi berbagi keterampilan serta fungsi sosial untuk membangun masyarakat, memastikan semua anggota mendapatkan kesempatan untuk mengenal satu sama lain pada tingkat pribadi.
(read more: https://www.kumpul.co/about/ )

Tuesday, April 5, 2016

#AkberBali38 : Kelas Fair Trade dengan Bapak Agung Alit

Fair Trade adalah kemitraan perdagangan, berdasarkan dialog, transparansi dan menghormati yang berusaha ekuitas yang lebih besar dalam perdagangan internasional. Memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dengan menawarkan kondisi perdagangan yang lebih baik untuk, dan mengamankan hak-hak, produsen terpinggirkan dan pekerja terutama di Selatan. organisasi Trade Fair (didukung oleh konsumen) terlibat aktif dalam mendukung produsen, peningkatan kesadaran dan berkampanye untuk perubahan aturan dan praktek perdagangan internasional konvensional.

#AkberBali38 : Kelas Fair Trade dengan Bapak Agung Alit

Kelas #AkberBali38 merupakan kelas yang membahas tentang Fair Trade. Bertempat di kantor Mitra Bali Fair Trade, Gianyar pada tanggal 19 Maret 2016. Guru yang berbagi wawasannya kali ini adalah Bapak Agung Alit (@agungfairtrade), seorang fair trader dari Bali. Beliau menjalani praktik fair trade semenjak tahun 1993 dan secara aktif berpartisipasi dalam membangun ekonomi dan sosial di Bali dengan memberdayakan kelompok besar pengrajin.

#AkberBali38 : Kelas Fair Trade dengan Bapak Agung Alit
Bapak Agung Alit sedang membagi ilmu
Fair trade adalah salah satu jenis social entrepreneur, yang mana melakukan perdagangan namun tetap mendukung para pengrajin dan menjaga keasrian planet. Fair trade merupakan lawan dari free trade yang menjunjung keuntungan di atas segalanya, tanpa memandang kehidupan sekitar atau keadaan alam yang menjadi hancur untuk sebuah kepuasan.

#AkberBali38 : Kelas Fair Trade dengan Bapak Agung Alit
Produk - produk yang di jual
 Perkembangan pesat parawisata Bali berbanding terbalik dengan keadaan para pengrajin yang sebenarnya. Pada kenyataannya, hanya sebagian kecil manfaat yang diterima oleh pengrajin desa atas apa yang dibuatnya. Kemana sebagian besar keuntungannya? Mengalir ke toko - toko seni di tepi jalan. Pengrajin desa yang merupakan jantung dari semua kegiatan industri malah menjadi tengkulak, di bayar tidak layak, bahkan tidak tau produk yang di hasilkan telah laku di belahan dunia mana.

#AkberBali38 : Kelas Fair Trade dengan Bapak Agung Alit

#AkberBali38 : Kelas Fair Trade dengan Bapak Agung Alit

Adanya fair trade menjadi cahaya untuk semua pengrajin desa. Industri perdagangan yang adil dalam keuntungan, kesetaraan, struktur organisasi, dan adanya dialog yang jelas adalah cara untuk membantu para pengrajin yang terpinggirkan. Model bisnis fair trade memiliki misi, sebagai berikut :
  1. Memerangi kemiskinan,
  2. Transparan dan bisa dipertanggungjawabkan,
  3. Berorientasi pada kesejahteraan manusia dan lingkungan,
  4. Pembayaran layak,
  5. Mempromosikan perdagangan adil,
  6. Tidak menggunakan tenaga kerja anak dan tenaga kerja paksa,
  7. Tidak mendiskriminasikan tenaga laki - laki dan perempuan,
  8. Adanya unsur pengembangan sumber daya manusia,
  9. Kondisi kerja yang layak, sehat, dan aman,
  10. Peduli lingkungan
Fair trade didasari jiwa empati dan solidaritas. Dibutuhkan kejujuran antara pelaku bisnis dan pengrajin. Tugas utama sebagai pelaku bisnis dalam fair trade, pembayaran 50% di muka dan membantu pengrajin menjajakan produknya. Pembayaran di muka membantu para pengrajin membeli bahan baku dan fasilitas penunjang pembuatan produk, sehingga pengrajin tidak perlu pusing dalam mencari dana. Sebagai pengrajin, perlu pengetahui keinginan pasar yang di tuju, produk yang di hasilkan bermutu dengan harga jual yang layak, dan jujur dalam keuangan dan SDM.

#AkberBali38 : Kelas Fair Trade dengan Bapak Agung Alit
Oleh - oleh dari kelas Fair Trade

#AkberBali38 : Kelas Fair Trade dengan Bapak Agung Alit
CD Lagu Fair Trade
Di akhir kelas, Bapak Agung Alit menekankan gerakan fair trade perlu didukung oleh berbagai pihak. Dengan fair trade, kita yakin bisa maju dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal ini sebagai salah satu upaya untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan dan pasar baru di antara negara - negara berkembang, sementara di sisi yang lain menjaga nilai - nilai dan tradisi lokal. Tidak lupa juga selalu beliau menyebutkan semboyan fair trade, yaitu "Viva Fair Trade!"

#AkberBali38 : Kelas Fair Trade dengan Bapak Agung Alit
Foto bersama

#AkberBali38 : Kelas Fair Trade dengan Bapak Agung Alit
Ingat!
 



Wednesday, March 16, 2016

Fair Trade with Agung Alit @AgungFairTrade | #AkberBali38


#AkberBali38
Fair Trade with Agung Alit @AgungFairTrade

Saturday, 03/19/2016, 10AM at Kantor Mitra Fair Trade, Gianyar.
TERBATAS HANYA UNTUK 20 ORANG PERTAMA.



----

Tentang Fair Trade

Fair Trade adalah sistem perdagangan berkelanjutan yang berusaha untuk membantu produsen (perajin,petani,nelayan,dsb) yang terpinggirkan melalui sistem pembayaran yang adil, kondisi tempat kerja yang layak, bantuan teknis (seperti desain, pembukuan), program sosial, kesetaraan, tranparansi, saling mempercayai, dan menjaga lingkungan. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan dan pasar baru di antara negara-negara berkembang, sementara di sisi yang lain menjaga nilai-nilai dan tradisi lokal.


Fair Trade merupakan sistem yang berbeda dari perdagangan konvensional. Fair Trade mengutamakan posisi produsen yang terpinggirkan. Organisasi Fair Trade (yang didukung oleh konsumen) didorong secara aktif untuk mendukung produsen, meningkatkan kepedulian dan mengkampanyekan perubahan-perubahan dalam aturan dan praktek yang tidak terlaksana secara layak dalam sistem perdagangan konvensional.

World Fair Trade Organization (WFTO) merumuskan 10 Prinsip yang harus diikuti oleh Organisasi Fair Trade dalam penerapan Fair Trade sehari-hari. Kesepuluh prinsip tersebut dijabarkan sebagai berikut (terjemahan bebas dari www.wfto.com)

  • Menciptakan peluang bagi produsen kecil
  • Bersifat transparan dan bertanggung jawab
  • Mempraktekkan perdagangan yang tidak semata-mata mengejar keuntungan, dan mengutamakan kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi produsen kecil
  • Adil dalam pembayaran
  • Tidak mengeksploitasi tenaga kerja anak dan buruh
  • Komitmen untuk tidak mendiskriminasi, mengutamakan kesetaraan Gender, dan kebebasan untuk berasosiasi
  • Memastikan kondisi kerja yang layak
  • Menyediakan kesempatan untuk peningkatan kapasitas
  • Aktif mempromosikan fair trade
  • Menghormati lingkungan


Tentang Agung Alit @AgungFairtrade

Agung Alit mendirikan Mitra Bali pada tahun 1993. Salah satu motivasinya karena banyak pengrajin yang menjadi korban dalam sistem perdagangan di Bali. Ketika pemilik art shop justru menikmati keuntungan tinggi barang kerajinan, para pengrajin masih mendapatkan harga lebih rendah. Pengrajin tak mengetahui berapa harga karya mereka dijual kepada pembeli. Tak ada transparansi. Agung Alit juga merupakan peraih Ashoka Fellow pada tahun 2011.



Tentang Tempat

Kantor dan Workshop Mitra Bali, Gianyar.

Tuesday, January 26, 2016

Jalan Panjang Akber Bali

Cerita Akber Oleh Lugu Gumilar

2011 adalah tahun kedua saya tinggal di Bali. Setelah satu tahun menyesuaikan diri, akhirnya saya mulai berbaur dengan teman-teman dan komunitas di sini. Berbekal informasi dari Balebengong.net, portal jurnalisme warga paling keren di Bali, akhirnya saya bisa ikut kelas perdana Akber Bali. Sebelumnya saya sudah membaca tweet-tweet tentang Akademi Berbagi di Jakarta dari beberapa tokoh yang saya follow. Menarik, akhirnya di Bali ada juga kelas Akademi Berbagi.

Kelas perdana di Bulan Desember 2011, bertempat di Museum Sidik Jari. Flyer online atau e-flyer yang menarik perhatian menyebutkan guru atau pembicaranya adalah Fahd Djibran dengan tema Creative Wri’Think’: Fiksi Lintas Media. Saya tidak begitu mengenal guru maupun siapa di balik Akber Bali ini sebelumnya. Sampai akhirnya saya datang ke lokasi dan bertemu Mas Hendra, yang sebelumnya juga bertemu di acara penanaman pohon bersama komunitas lain. 

Setelah ngobrol sedikit, kelas pun dimulai. Kelasnya asik, dan ramai meski ini kelas perdana. Dan akhirnya saya tahu di balik Akber Bali ini ada 3 orang relawan, yaitu; Mas Hendra, Rizeki, dan Mas Adi sebagai kepala sekolah. Kelas kedua, saya tidak bisa datang karena ada pekerjaan. Barulah di kelas ketiga, sekitar bulan Februari 2012, saya hadir kembali sebagai peserta. Tema kelas itu adalah Brand Yourself, dengan Dewi Okinawa sebagai guru/pembicaranya. Seperti sebelumnya, kelasnya asik, bahkan tempatnya di taman belakang Art Veranda, sebuah tempat yang asik milik arsitek terkenal di Bali. Di kelas inilah akhirnya saya memberanikan diri untuk ikut bergabung bantu-bantu apa yang bisa dibantu di Akber Bali. 

“Saya bisanya nge-desain, Mas. Jadi kalau mungkin Mas Rizeki sedang berhalangan, mungkin saya bisa urun desain flyer.” Begitulah kalimat yang saya lontarkan ke Mas Hendra. Kelas selanjutnya, karena satu dan lain hal mendadak sekali. Tidak ada e-flyer, hanya info di twitter bahwa kelas keempat mengambil tema Desain Grafis dan Kelokalan Kita, diadakan di kantor BOC. Karena mendadak juga, saya hanya datang sebagai peserta. Barulah di kelas kelima saya didapuk untuk mendesain e-flyer dengan tema kelas Mencintai dengan Sadis, oleh Daniel Prasatyo.

Mas Adi dan Mas Hendra biasanya lebih dulu bertemu dengan calon relawan pengajar, baru setelahnya memberi info ke saya dan Rizeki via email untuk pengadaan kelas. Begitu juga di kelas kelima. Meski waktunya mendadak (lagi) dan tidak memungkinkan bikin e-flyer. Info kelas kami sebarkan ke teman-teman dekat dan via twitter maupun sms. Kelas bertema Improvisasi, Kreatifitas & Jatidiri Lewat Musik Jazz menggandeng komunitas Underground Jazz Movement tetap berlangsung seru. 

Kelas-kelas selanjutnya, saya kembali dapat amanah jadi tukang bikin e-flyer. Problema tentang sedikitnya peserta di kelas-kelas sebelumnya membuat teman-teman berinisiatif dengan mencetak flyer dan disebar ke beberapa kampus potensial di Denpasar. Review kelas juga biasanya Mas Hendra berinisiatif menuliskannya di blog-nya sendiri. Beberapa kali, kami juga sempat kesulitan mendapatkan guru dan jadwal yang tepat untuk mengadakan kelas. Ditambah kesibukan kami yang akhirnya membuat Akber Bali vakum sekitar 3 bulan. Mungkin semangat kami waktu itu sedikit kendor juga karena memikirkan bagaimana Akber Bali ini bisa menyatu, mendapat sedikit dukungan, atau paling tidak bisa bersama-sama memberi sumbangan solusi bagi teman-teman di Bali, terutama soal pendidikan. 

Sekitar bulan Januari, Mas Adi mengajak saya untuk ngobrol soal kelanjutan Akber Bali. Waktu itu dia bilang ada teman relawan dari Garut yang sekarang ada di Bali. Saya ajak dia untuk ketemu di Kopi Kultur yang waktu itu ada di Kerobokan. Kami sempat memberi info juga di twitter bahwa kita sedang kopdar dan ngobrol santai disana. Setelah saya, Mas Adi, dan Milli yang ternyata mantan kepala sekolah Akber Garut ngopi dan ngobrol singkat, ternyata ada beberapa follower yang merespon tweet kami. Fahri Bakhar dan beberapa teman akhirnya bergabung dan ngobrol semakin serius tentang mau dibawa kemana Akber Bali ini. Masukan dari Milli teman-teman inilah yang akhirnya membangunkan Akber Bali dari tidur panjangnya. Obrolan ini juga akhirnya “memaksa” Milli dan Fahri bergabung menjadi relawan Akber Bali. 

Kami sepakat, kali ini Akber Bali memulai lembaran barunya. Kami mulai berbenah dari hal-hal kecil soal absen peserta, aktif twitter, hingga review kelas di blog Akber Bali. Kali ini, siapapun relawan juga mempunyai tanggung jawab untuk mencari guru. Saya mendapat giliran pertama, dan menghubungi Jeff Kristianto atas rekomendasi teman untuk mengadakan kelas tentang Volunteerism. Rizeki kembali mendesain e-flyer, Fahri mendata peserta, Milli memegang admin twitter dan membuka kelas. Kelas di The Sanur Space kali itu cukup ramai. Bahkan teman-teman dari komunitas lain juga ikut datang. Zenith yang juga sempat ngobrol bareng di kesempatan kopdar sebelumnya datang bersama temannya di Pigmy Marmoset untuk “latihan” bermusik di taman seusai kelas. Seru. 

Kelas selanjutnya, Mas Adi yang sebelumnya memang sudah galau karena akan meninggalkan Bali, meletakkan tongkat estafet kepala sekolah ke Milli. Dan kelas terus berlanjut meski kami tidak muluk-muluk, minimal satu bulan sekali harus ada kelas. Aktif datang ke acara-acara komunitas lain di Bali, dan mengajak teman-teman dekat jika ada kelas. Mbak Ainun juga sempat berkunjung disaat sebagian besar peserta adalah teman-teman yang saya ajak, jadi ketika ditanya “Tahu Akber dari mana?” Mereka menjawab “Dari Lugu!” 

Milli akhirnya juga harus pergi di beberapa bulan masa jabatannya karena urusan pekerjaan. Sebelumnya sudah ada Danu, Raka, dan Candra yang bergabung jadi relawan Akberbali. Akhirnya, setelah dua kali kepala sekolah dijabat oleh perantau, kini Fahri Bakhar sebagai anak muda aktif yang terlahir di Bali melanjutkan perjuangan sebagai kepala sekolah. Fahri yang awalnya sempat malu-malu akhirnya mau juga duduk di kursi fantasi kepala sekolah.

 Dari Fahri dan teman-teman ini, saya mendapat banyak pelajaran berharga tentang semangat dan optimisme anak-anak muda. Aktif, cinta tanah air, dan berpikiran terbuka. Meski saya juga belum berusia 30 tahun dan masih tergolong muda, tapi mungkin selama ini hanya memikirkan pekerjaan (dulu) dan bertahan hidup sampai-sampai saya sedikit melewatkan euphoria yang jadi bahan bakar semangat seperti pemuda-pemudi Bali ini. 

Sekitar pertengahan tahun 2014 saya, Fahri, dan Andri berangkat mewakili Bali ke Salatiga menghadiri acara Local Leadership Day yang merupakan acara temu muka dan workshop Akademi Berbagi. Acara ini diadakan dua tahun sekali, sementara kesempatan yang lalu adalah kali kedua diadakan. Dulu, sepulangnya Mas Hendra dan Mas Adi dari Bogor untuk LLD pertama, saya mendapat cerita tentang keriaan, kekeluargaan, dan banyak manfaat. Kali ini saya bertiga juga merasakannya. Lebih dari 200 orang dari kota-kota di Indonesia berkumpul di satu tempat. Dari awal kedatangan sampai hari-hari selanjutnya pastinya padat dengan acara perkenalan dan materi workshop yang istimewa. 

Saya memang membawa sketchbook kemana-mana, tapi apa daya, kesempatan untuk menyendiri dan mengabadikan suasana di sana tidak mungkin saya dapatkan. Jeda waktu coffee break atau makan lebih baik saya sempatkan mendengar cerita dari teman-teman baru. Seperti cerita Rossy saat backpacking dengan biaya minim, cerita Daniel sampai bisa berhenti merokok, dan cerita-cerita lain yang seru. Meski begitu, bukan berarti saya tidak berkarya. Dalam salah satu workshop di hari ke-dua, saya sempat membuat 'Dream Board' sederhana diatas kertas A3. 

Menjelang sore, panitia sempat mengumumkan akan ada 'Mysterious Gift' semacam tukar kado yang dijalankan secara acak dengan mengambil nama 'korban' yang akan disembelih. Eh, bukan, dikasi kado. Sebelum mengambil gulungan kertas berisi nama, saya sempat terpikir antara akan memberi sketchbook yang sudah penuh dengan gambar selama setahun, atau membuatkan gambar baru untuk nama yang muncul di gulungan kertas yang saya ambil. Sketchbook yang sudah penuh tadi ada beberapa yang belum saya backup/dokumentasikan. Jadi, saya terpikir untuk membuatkan gambar baru. Masalahnya, jika nama yang muncul nanti adalah nama yang belum pernah saya kenal, bagaimana harus sembunyi-sembunyi membuat karikatur wajahnya? :D 

Giliran ambil undian tiba. Teman-teman yang telah duluan ambil sibuk menyembunyikan ekspresi wajahnya. Ketika saya buka, kertas gulungan tersebut tidak ada nama! Hanya ada tulisan Dokumentasi I. Pergilah saya bertanya ke Mbak Dita, siapa sosok misterius dibalik tulisan itu. Ternyata yang dimaksud adalah Bang Roni. Untungnya Bang Roni sudah familiar karena sering mondar-mandir bawa kamera. Berarti PR selanjutnya adalah menggambar tanpa diketahui teman yang lain.

Hari sudah mulai petang, kambing dan sapi masuk ke kandang. Kami kembali berkumpul di ruang makan untuk menyantap hidangan. Setelahnya saat mengobrol di pelataran, beberapa teman sempat mendapat teguran, karena ramai membahas koneksi Wi-Fi dengan nama yang tidak pantas dituliskan. Kabarnya kayu api unggun sudah siap dibakar, dan kami semua turun ke lapangan. Beberapa duduk berkumpul demi mendapat kehangatan. Padahal, api bisa lebih menghangatkan daripada badan.

Mbak Ainun yang terlihat lelah maju ke depan sambil mengajak kami untuk sedikit rileks setelah berpikir seharian. Miko pun sempat menghibur dengan cerita dan tingkah lakunya. Dilanjutkan dengan acara menghaturkan 'Mysterious Gift' yang lebih lama dari jalannya api membakar kayu, serta hiburan lain berupa musik akustik dari tim yang tidak kenal lelah, malam itu jadi malam minggu istimewa, meskipun kabarnya banyak wanita disana sudah ada yang punya. Selesai api unggun, beberapa rekan memilih melanjutkan ngobrol karena besok sudah harus berpisah. Setelah menyampaikan amanah 'Mysterious Gift' ke Bang Roni, saya sempat keracunan udara segar dan mengemis amunisi ke Mbak Neny. Setelahnya, meski tidak terbiasa tidur di kasur empuk, saya memaksa memejamkan mata agar esoknya masih bisa tertawa. 

Pagi terakhir di Salatiga, sesi diskusi dengan Roby Muhamad menutup acara LLD. Sesi foto-foto makin tidak terkontrol hari itu. Namun, energi positif yang dikumpulkan semenjak hari pertama di Salatiga sangat terasa. Orang-orang baik yang berkumpul di sana pasti berbahagia. Kepulangan ke kota masing-masing akan membawa cerita. Berbagi energi positif dan cerita-cerita ke kota asal masing-masing. Bergerak bersama untuk kemajuan Indonesia. 

Berbekal semangat itu, kami di Bali memulai kembali kelas di bulan-bulan selanjutnya. Yang sebelumnya sebulan sekali, sedikit demi sedikit kita tingkatkan. Materi dan guru lebih beragam dan diharapkan mampu memberi solusi bagi teman-teman disini. Tempat pun tidak hanya melulu di Kota Denpasar, tapi kota-kota lain yang memang kami rasakan mampu diwujudkan. Dan sebenarnya ini bukan cerita akhir perjalanan. Ini awal. Dan jalan Akber Bali masih panjang, tidak pernah ada pilihan untuk berhenti. Karena berhenti berarti mati.


Sunday, October 25, 2015

Kelas 36 Writing Series: Travel Into Words with @beradadisini & @windyariestanty [Info]

Menurut Paul Theroux, travel writing adalah tulisan tentang banyak hal bukan tentang kursi kelas satu di pesawat, bukan tentang seminggu mencicipi anggur di tepi Sungai Rhine, bukan tentang akhir minggu di hotel berbintang lima. Bukan pula survei menu-menu sarapan mahal, bukan pencarian spa terbaik. Singkatnya bukan tentang liburan, bukan perpanjangan dari industri periklanan. Bukan sebuah tulisan yang butuh pengeditan berlebihan dan dipasang dengan foto indah. Dia tak perlu ditulis dengan penuh cita rasa, mungkin tak perlu faktual dan jarang tentang kesenangan. Travel writing yang baik, menurut Theroux adalah tentang perjalanan tentang penemuan yang beresiko, muram dan penuh horor, dengan akhir bahagia: to hell and back.

Bill Bryson menganggap travel writing adalah genre penulisan paling ramah, siap mengakomodasi semua hal. Sebuah buku atau essay yang mungkin akan masuk katalog sebagai memoir, humor, antropologi, atau sejarah, asalkan ditulis dengan beberapa poin, akan bisa menjadi satu travel writing.
Akhir-akhir ini seiring dengan munculnya travel blogger, penulisan travel writing semakin digemari. Melalui kelas ini, akan mengungkapkan sisi lain dari travel wiriting.




Tentang Hanny Kusumawati @beradadisini
Hanny Kusumawati menyukai kegiatan menulis, memotret. membaca, memasak. memanggang kue, tertawa, bepergian sendirian. Ketika traveling, biasanya ia membawa-bawa buku catatan dan bolpen. Perjalanan selalu menjadi momen yang menyenangkan untuk menulis—terutama untuk membunuh waktu ketika sedang menunggu transfer pesawat di bandara. Hanny tidak pernah berkeberatan melewatkan landmark atau tempat-tempat bersejarah lainnya di kota-kota yang saya kunjungi. Biasanya, ia justru lebih suka menghabiskan waktu di toko buku, kedai kopi, pasar loak, taman kota, atau sekadar mengobrol dan hang out dengan penduduk lokal maupun orang-orang asing yang saya temui dalam perjalanan. Biasanya, mereka membawa kisah kehidupan yang menarik. Kunjungi Hanny di blog www.beradadisini.com

Tentang Windy Ariestanty @windyariestanty
Seorang penulis sekaligus editor yang menyukai membaca, menonton manusia, traveling, dan pertemuan. Mulai dari bertemu ketidaktahuan, bertemu teman baru, atau bertemu apa saja, termasuk kesialan. Kunjungi Windy di blog http://windy-ariestanty.tumblr.com


Tentang Tempat
Kumpul Coworking Space adalah komunitas di Bali yang menyediakan ruang kerja profesional dan kesempatan kolaborasi.

Tujuan Kumpul menjadi platform untuk freelancer, konsultan dan independen yang bisa datang untuk pekerjaan sehari-hari mereka, dengan semua fasilitas modern kantor, suasana santai dan penghubung komunitas yang berkembang.

Untuk mengikuti kelas ini, Akberians bisa mendaftar melalui: bit,ly/akberbali

Thursday, October 15, 2015

Peserta Terpilih #AkberFokus Kelas Intensif Bahasa Inggris Bersama Retno Sofyaniek

Salam Berbagi Bikin Happy!

Berikut adalah nama-nama Akberians yang terpilih untuk mengikuti #AkberFokus Kelas Intensif Bahasa Inggris Bersama Retno Sofyaniek -  @NenoNeno ( Pendiri EnglishTips4U dan Active English)

1. Ni Putu Ika Nopitasari
2. Widayanti Arioka
3. Begawan Raka Dewata
4. Isnani Fitriyah
5. Abie Cahya Kusuma
6. Tri Tanami
7. Madia Debya
8. I Gusti Ayu Dewi Mahayanthi
9. I Gusti Ayu Agung Septiari
10. Indar Ratu Ardillah
11. Dewa Ayu Laksemi Pramesti
12. Putri Kusuma Wardhani
13. Popi Puspitasari
14. I Gusti Putu Arya Utama
15. Agus Hermawan

Catatan: urutan nama berdasarkan acak, bukan peringkat,

Kelas akan berlokasi di Kumpul Coworking Space, Rumah Sanur, Jalan Danau Poso Nomor 51, Sanur - Bali, untuk detil kelas agar Akberians terpilih membaca surat elektronik yang telah dikirimkan.

Sampai berjumpa di kelas!

Friday, May 16, 2014

Dari Kelas 25 Akber Bali; Tangkap Peristiwa, Angkat Ponselmu bersama @agungparames dan @antonemus

“Sebuah gambar mampu bercerita lebih dari seribu kata.” – NN.

Gambar atau dalam hal ini foto mampu membagi cerita bahkan berita. Pada kelas kedua puluh lima Akademi Berbagi Bali, yang mengambil tema “From Gadget To Journalism” kita mendapat wawasan baru dalam mengawinkan teknologi dan nilai berita. Kelas ini terselenggara berkat kolaborasi antara Akademi Berbagi Bali dan Sloka Institute, pada Minggu, 11 Mei 2014 di Desa Dusun kawasan Noja Ayung, Denpasar. Tampil sebagai guru, yaitu fotografer muda Bali, Agung Parameswara (@agungparames) serta Anton Muhajir (@antonemus), wartawan dan pengelola situs jurnalisme warga, BaleBengong (@balebengong).

Teknologi yang berkembang dengan pesat, memberi banyak kemudahan untuk kita, termasuk mendekatkan yang jauh. Kini, berbagi informasi semudah menyentuh layar smartphone akberians. Melalui jurnalisme warga, setiap warga dapat membagi informasi walaupun bukan berprofesi sebagai wartawan. Seperti tagline @UUProject dari Sloka Institute, no neuus without u (no news without you).

Anton memaparkan mengenai Blog yang kini semakin terpinggirkan oleh media sosial seperti Twitter dan Instagram. Namun, keinginan untuk membagi berita yang tidak surut justru dapat diakali melalui penggunaan foto jurnalistik melalui smartphone

Suasana kelas yang santai di salah satu sudut Desa Dusun
Pada sesinya, Agung menjelaskan keberadaan smartphone yang memudahkan dunia fotografi dan jurnalistik. Mayoritas warga, terutama generasi muda saat memiliki smartphone dilengkapi fasilitas kamera. Sehingga, siapa saja dapat menangkap kemudian mengabadikan momen melalui smartphone

Contoh nyata sinergi antara smartphone dengan media sosial yang dikemukan oleh Agung adalah peristiwa jatuhnya Pesawat Lion Air di pantai dekat Bandar Udara Ngurah Rai pada tahun lalu. Foto pesawat tersebut lebih dulu menyebar di Twitter dibanding berita resmi melalui Televisi.

Setelah penjelasan dari Agung, acara diselingi dengan sesi makan siang di Warung Suwung yang masih berada di dalam kompleks Desa Dusun. Kemudian, peserta diberikan kesempatan untuk terjun ke lapangan menangkap gambar dengan smartphone mereka. Mereka diberikan waktu satu jam, untuk mencari objek menarik di lingkungan Desa Kesiman Petilan. (Hasil bidikan peserta selengkapnya bisa di cek di Twitter dengan tagar #AkberBali25 dan #wajahkota)

Baik Anton maupun Agung sangat mengapresiasi usaha peserta dalam mengambil gambar. Ada yang memilih ke Bank Sampah, Dam, bahkan cukup jauh hingga ke Taman Kota, demi menjiwai tagar #wajahkota. Ada juga peserta yang begitu terinsipirasi, sehingga langsung menuangkan ceritanya dalam blog. Dari seluruh karya peserta, dipilih satu yang berhak mendapatkan hadiah kaos dari @UUProject.
Tradisi foto bersama di akhir kelas

Maka, selain ‘angkat pena’, ada alternatif lain untuk akberians praktikan. Angkat ponselmu dan tangkaplah momen bernilai berita! Dari dan untuk siapa saja, dimana saja, kapan saja.